Manajemen Pendidikan Islam

MANAJEMEN KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ISLAM
(MINI RISET DI PONDOK PENSANTREN TAHFIDZ AZZAKIYATUS SHOLIHAH TALAGA MAJALENGKA)

Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah :
Manajemen Pendidikan Islam

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. Muhibbin Syah, M.Ed

Oleh :
Yasir Amrullah
3170210021

PROGRAM PASCA SARJANA
PENDIDIKAN ISLAM S3
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
1439 H / 2017 M
MANAJEMEN KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ISLAM
(MINI RISET DI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ AZZAKIYATUS SHOLIHAH TALAGA MAJALENGKA)

BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dikembangkan dari dan disemangati atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam (Muhaimin, 2015, p. 4). Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam dan merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Dalam pemakaian sehari-hari, istilah pesantren bisa disebut pondok saja, atau kedua kata ini digabung menjadi pondok pesantren. Secara essensial, semua istilah ini mengandung makna yang sama, kecuali sedikit perbedaan. Asrama yang menjadi penginapan santri sehari-hari, dapat dipandang sebagai pembeda antara pondok dan pesantren. Sebelum Tahun 1960-an, pusat-pusat pendidikan Islam di Indenesia lebih dikenal dengan nama pondok. Istilah pondok barangkali berasal dari pengertian asrama-asrama para santri atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu, atau bisa jadi berasal dari kata bahasa Arab, funduk, yang mempunyai arti hotel atau asarama. (Dhofier, 2015, p. 41)
Sebagai institusi pendidikan Islam yang dinilai paling tua, pesantren memiliki akar transmisi sejarah yang jelas. Menurut sejarahnya, Maulana Malik Ibrahim, yang dikenal dengan Syaikh Maghribi, dari Gujarat, India, sebagai pendiri pondok pesantren pertama di Jawa. (Qomar, 2006, p. 8).
Secara garis besar pondok pesantren dibagi menjadi dua, yaitu: salafi dan khalafi. Pesantren Salafi adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab klasik (kitab kuning) sebagai inti pendidikan pesantren tanpa mengenalkan pengajaran pengetahuan umum. Sedangkan pondok khalafi adalah pesantren yang telah memasukkan pelajaran-pelajaran umum dalam madrasah yang dikembangkan secara klasikal. (Kholidin, 2016) juga (Hasan, 2015, p. 302)
Pondok Pesantren Tahfidz Azzakiyatus Sholihah adalah salah satu pondok pesantren yang berada di Campaga Talaga Majalengka Jawa Barat. Meskipun termasuk podok pesantren yang terbilang baru berdiri, tapi pesantren ini merupakan pesantren yang cukup terpandang dan disegani di Kabupaten Majalengka. Hal ini terjadi karena pondok pesantren sudah menerapkan pola-pola kepemimpinan dan manajemen yang baik dalam pengelolaannya.
Oleh karena itulah penulis tertarik untuk membuat mini riset ini, bagaimanakah manajemen pesantren di sini sehingga dalam waktu yang relatif baru pondok pesantren ini menjadi salah satu tujuan orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya di Pondok Pesantren Azaakiyatus Sholihah Talaga Majalengka.

BAB II
MANAJEMEN KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ISLAM DI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ AZZAKIYATUS SHOLIHAH

a. Sejarah Pondok Pesantren Tahfidz Azzakiyatus Sholihah
Pondok Pesantren Tahfidz Azzakiyatus Sholihah, adalah pesantren yang didirikan tahun 2001 di Kampung Cilengsar, Desa Campaga Kec. Talaga Kabupaten Majalengka, oleh KH. Drs. Zainal Arifin Tajudin, beliau adalah anak kedua dari (Alm) H. Tajudin, yang merupakan tokoh agama di sana. Semasa masih hidup, H Tajudin mempunyai “kobong” yang ia pakai untuk memberikan pendidikan agama kepada santri kalong di kampung tersebut. Santri kalong, adalah sebutan untuk santri yang tidak bermukim di pesantren dan sebutan untuk orang yang berada di sekitar pesantren yang ingin menumpang belajar di pesantren pada waktu-waktu tertentu. (Mbeling, 2010) Sebelum KH. Tajudin meninggal, sekitar tahun 1970, beliau sering mengutarakan keinginan untuk mendirikan sebuah pondok pesantren, sehingga tempat menimba ilmu di sana bukan hanya berupa kobong saja, akan tapi pondok pesantren yang banyak menampung santri untuk menimba ilmu agama di sana.
Keinginan H. Tajudin ini baru terealisasi tahun 2001 ketika Drs. KH. Zainal Arifin mengutarakan niatkan kepada keluarga besar dan kakak satu-satunya yang bernama Hj. Siti Sholihah, untuk membangun pondok di bekas kobong dan kolam empang yang berdekatan dengan bekas kobong tersebut. Akhirnya dengan niat untuk mensyiarkan ajaran agama Islam, didirikanlah sebuah bangunan berlantai dua yang sekarang menjadi asrama putra, serta kantor di lantai 1 dan tempat belajar di lantai 2. Untuk menampung santri putri dibangun pula lantai 2 rumah kediaman KH. Zainal Arifin.
Setelah beberapa tahun berjalan, sekarang kepemimpinan pesantren diserahkan kepada putera beliau yang bernama H. Ahmad Zacky Burhani, S.Pd.I, M.Pd.I, alumnus pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Falah Cicalengka Bandung.
Selain mengajarkan tahfidz dan seni baca Al-Qur’an, Pondok Pesantren Tahfidz Azzakiyatus Sholihah juga membuka lembaga Diniyah Taklimiyah Awaliyah, Madrasah Ibtidaiyah, serta untuk tahun ajaran 2018/2019 akan mendirikan Madrasah Tsanawiyah / SMP Islam. Hingga sekarang, pesantren ini juga selalu dijadikan sebagai Training Center (TC) bagi kafilah MTQ Kecamatan Talaga yang akan berlomba di tingkat kabupaten, ataupun TC bagi kafilah Kabupaten Majalengka yang akan berlomba di MTQ tingkat Provinsi Jawa Barat. Dan rencana masa depan, akan membangun kampus 2, sehingga nanti selain pondok pesantren, juga nantinya akan dibangun sekolah umum di satu komplek secara terpadu.
b. Pola Kepemimpinan Pondok Pesantren Tahfidz Azzakiyatus Sholihah
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain (para bawahannya) sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pemimpin meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak disenanginya. (Siagian, 2002, p. 62)
Kepemimpinan sangat diperlukan bagi suatu organisasi dalam menentukan kemajuan dan kemunduran organisasi, serta tidak ada organisasi yang dapat maju tanpa kepemimpinan yang baik. Terdapat teori atribusi dalam kepemimpinan. Teori atribusi dikembangkan oleh Kelley (1967), kemudian Green serta Mitchell (1979). Mereka berpandangan bahwa perilaku kepemimpinan disebabkan oleh atribut penyebab. Jadi teori kepemimpinan atribut menjelaskan mengapa perilaku kepemimpinan terjadi. Teori atribusi dikembangkan dengan beberapa pendapat berikut:
Teori Kepemimpinan Karismatik
Teori atribusi ikut menjelaskan kepemimpinan karismatik. Para pengikut membuat atribut pada pemimpin yang heroik atau yang memiliki kemampuan yang luar biasa yang mereka amati dan dapati.
Teori Kepemimpinan Transaksional
Para pemimpin transaksional, adalah pemimpin yang membimbing atau mendorong bawahan mereka mengarah pada tujuan yang telah diletakkan, dengan cara menjelaskan peranan dan tugas yang dipersyaratkan.
Teori Kepemimpinan Transformasional
Terdapat juga para pemimpin yang transformasional. Teori ini melihat pemimpin yang menyediakan pertimbangan individual dan stimulasi intelektual serta mereka yang memiliki karisma. (Woworuntu, 2003, p. 73)
Pondok Pesantren Azzakiyatus Sholihah dalam hal ini, bila dilihat secara kasat mata telah menerapkan teori kepemimpinan kharismatik dan teori kepemimpinan transformasional. Hal ini bisa dilihat dari penyerahan kepemimpinan pesantren, dari KH. Drs. Zainal Arifin, kepada puteranya H. Ahmad Zacky Burhani, M.Pd.I, meskipun masih terlihat masih muda, akan tetapi tanggung jawab berat kepemimpinan pesantren telah dipikul oleh seorang anak muda. Memang meskipun anak muda, H. Ahmad Zaky Burhani, M.Pd.I telah dikenal dikalangan para hafidz di Jawa Barat dan di Nasional.
Banyak prestasi yang telah ditorehkan oleh H. Ahmad Zacky Burhani, antara lain : Juara Pertama Tahfizd 1 Juz Kategori Anak-anak pada MTQ Nasional di Palu Tahun 1994. Juara Pertama Lomba Adzan Tingkat Nasional pada Festival Istiqlal tahun 1995. Juara Pertama Tilawah Al-Qur’an Kategori Dewasa tingkat Provinsi Jawa Barat tahun 2015, dan masih banyak lagi prestasi yang telah ditorehkan beliau.
Kepemimpinan transformasional di Pondok Pesantren Tahfidz Azzakiyatus Sholihah bisa dilihat dari stimulasi intelektualnya, hal ini bisa dilihat dari diserahkannya kepemimpinan pesantren kepada seseorang yang telah berpendidikan Magister Pendidikan Islam, karena bila dilihat di beberapa pesantren di Majalengka, baru Pondok Pesantren Tahfidz Azzakiyatus Sholihah, pemimpin pesantrennya yang telah mendapatkan pendidikan pesantren luhur (S2). Pondok Pesantren Tahfidz Azzakiyatus Sholihah ini telah berubah dari kepemimpinan biasa menjadi tansformasional. Dan diharapkan suatu ketika nanti, semua pesantren, kepemimpinannya akan dipegang oleh seseorang yang telah mendapatkan pendidikan selain pendidikan pesantren, juga pendidikan umum, sehingga kepemimpinannya dipegang oleh seorang yang bisa disebut dengan Ulil Albab.
Ulil Albab, menurut A.M. Saifuddin, adalah pemikir, intelektual yang memiliki ketajaman analisis terhadap gejala dan proses alamiah dengan metode ilmiah induktif dan deduktif, serta intelektual yang membangun kepribadiannya dengan zikir dalam keadaan dan situasi apapun, sehingga mampu memanfaatkan gejala, proses dan sarana alamiah untuk kemaslahatan dan kebahagiaan ummat manusia. Ulil Albab juga adalah intelektual muslim yang tangguh yang tidak hanya memiliki ketajaman analisis objektif, tapi juga analisis subjektif. (Saifuddin, 2004) Dengan Ulil Albab juga diharapkan dapat terpadu antara antara ayat kauliyah sesuai dengan core pesantren ini yaitu pendidikan tahfidz Al-Qur’an, dengan ayat kauniyah (Editor, 2006) yang diajarkan di pesantren ini.
c. Pola Manajemen Pondok Pesantren Tahfidz Azzakiyatus Sholihah
Manajemen pada dasarnya merupakan suatu proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu. Istilah manajemen biasa dikenal dalam ilmu ekonomi, yang memfokuskan pada profit (keuntungan) dan komoditas komersial. Seorang manajer adalah orang yang menggunakan wewenang dan kebijaksanaan organisasi / perusahaan untuk menggerakan staf atau bawahannya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Karena itu, seorang menajer biasanya bertugas untuk mengelola sumber daya fisik, berupa capital (modal), human skills (keterampilan-keterampilan manusia), row material (bahan mentah) dan tecnology, agar dapat melahirkan produktivitas, efisiensi, tepat waktu (sesuai dengan rencana kerja) dan kualitas. (Muhaimin, 2015)
Berbeda halnya dengan seorang pemimpin, yang lebih memfokuskan pada visi. Ia berusaha mengajak dan memotivasi staf dan bawahan untuk bersama-sama mencapai tujuan yang ditetapkan. Karena itu, seorang pemimpin leader (biasanya berusaha mengelola sumber-sumber emosional dan spiritual yang berupa values (nilai-nilai), commitment (keberpihakan) dan aspiration (aspirasi staf dan bawahan, agar melahirkan kebanggaan dan kepuasan dalam bekerja. (Muhaimin, 2015, p. 5)
Menurut teori manajemen, bahwa menajer yang sukses adalah manajer yang memiliki unsur kepemimpinan (leadership) dan mampu menerapkan serta mengembangkannya. Dengan kata lain, manajer yang mampu bertindak sebagai pemimpin (manager as a leader) (Muhaimin, 2015, p. 5)
Manajemen pendidikan adalah manajemen yang diterapkan dalam pengembangan pendidikan. Dalam arti, ia merupakan seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan Islam untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara effektif dan efisien. Bisa juga didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya pendidikan Islam untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara effektif dan efisien. (Muhaimin, 2015). Bila digambarkan maka pola manajemen organisasi akan tergambar sebagai berikut : (Syair, 2009)

Manajemen pendidikan di pesantren Azzakiyatus Sholihah telah menggunakan menajemen modern, yaitu manajemen yang sesuai dengan situasi dan kondisi masa kini. Sebelum menerapkan sesuatu di pesantren ini, maka tahapan-tahapan dalam manajemen modern selalu dilalui dengan baik, mulai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian, serta evaluasi yang baik. Hal ini seperti ketika akan mendirikan DTA ataupun sekolah formal lainnya, telah melewati tahapan manajemen tersebut. Hingga dari sini akan terlihat keberhasilan dan ketidakberhasilan dalam mengelola satu lembaga besar seperti Pondok Pesantren Azzakiyatus Sholihah. Dan hal tersebut tidak akan dilakukan bila manajemen atau pemimpin pesantren tidak menguasai tentang manajemen modern.
BAB III
SIMPULAN

Pesantren maju adalah pesantren yang dipimpin oleh pemimpin yang mampu memenej (mengendalikan) komponen yang berada di bawahnya, dan kepemimpinan seperti itu hanya ada di lingkungan pesantren yang dipimpin oleh pemimpin yang betul-betul memahami manajemen pendidikan modern seperti yang diajarkan oleh para ahli bidang manajemen.

Bibliography

Dhofier, Z. (2015). Tradisi Pesantren : Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya mengenai Masa Depan Indonesia. Jakarta: LP3ES.
Editor, T. (2006). Pandangan Keilmuan UIN : Wahyu Memandu Ilmu. Bandung: Gunung Djati Press.
Hasan, M. (2015). Inovasi dan Modernisasi Pendidikan Pondok Pesantren. Karsa : Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman, 302.
Kholidin. (2016). Kkasifikasi Pondok Pesantren. Retrieved 12 25, 2017, from Kholidin – Sharing: http://www.kholidintok.net/2016/01/klasifikasi-pondok-pesantren.html
Mbeling, S. B. (2010, 08 10). Arti dan Makna Santri . Retrieved 12 25, 2017, from Santri Bantat : Catatab Santri Mbeling: http://santri-bantat.blogspot.co.id/2010/08/arti-dan-makna-santri.html
Muhaimin. (2015). Manajemen Pendidikan : Aplikasi Dalam Penyusunan Rencana Pengembangan sekolah / Madrasah. Jakarta: Prenadamedia Grup.
Qomar, M. (2006). Pesantren : Dari Tansformasi Metodologi menuju Demokratisasi Institusi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Saifuddin, A. (2004). Deskulerisasi Pemikiran Landasan Islamisasi. In T. P. Buku, Memandu Sain Dan Agama (p. xxi). Malang: UIN Maliki Malang.
Siagian, S. P. (2002). Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
Syair, A. (2009, 04 20). Manajemen, Administrasi dan Organisasi. Retrieved 12 27, 2017, from Manajemen, Administrasi dan Organisasi: https://syair79.wordpress.com/2009/04/20/312/
Woworuntu, B. (2003). Determinan Kepemimpinan. Makara : Sosial Humaniora, 73.

Tinggalkan komentar